Belajar dari Sebuah Keputusan




Ada banyak hal yang terjadi belakangan ini dalam hidup saya. Hmm, beberapa hal yang membuat saya harus mengambil keputusan-keputusan besar, sekaligus mendewasakan diri dengan jalan yang tidak disangka-sangka. Semua tiba-tiba datang berdatangan ketika usia saya memasuki 23 tahun. Mungkin, saya anggap itu kado dari Tuhan.

Bertemu dengan office politics yang biasanya hanya saya dengar dari berbagai forum hingga saya mengalami proses kenaikan posisi dan level kerjaan yang berjalan sangat cepat. Ditambah dengan back up beberapa pekerjaan lain. Yaa.. saya harus mengakui bahwa hal-hal seperti ini membuat saya jadi babak belur. Dari segi fisik hingga mental, benar-benar diuji.

Setiap kali saya hendak mengeluh, lantas yang saya ingat-ingat adalah betapa beruntungnya saya karena mengalami hal ini saat sekarang, ketika saya masih sangat segar dan kalaupun saya harus luka-luka dan babak belur, toh akan ada seribu satu cara untuk bilang ‘it's okay’ dan semua hal yang akhirnya saya lewati ini, menjadikan saya sangat kebal pun tangguh ke depannya. Mau kayak gimana saya juga udah siyaaap.

Lagian.. di satu sisi, saya senang hal-hal seperti ini menjadikan saya ambis dan keras kepala. Tapi seumur hidup, dulu saya pernah sekali menyesal akan keputusan yang pernah saya ambil secara impulsif serta emosional. Dan saya tidak ingin itu terjadi kembali.

Ketika saya sekarang seperti ada diujung batas, pengalaman masa lalu itu yang bisa jadi pertimbangan. Ya benar sih, kata orang bijak, kita memang sebaiknya tidak mengambil keputusan yang terburu-buru dan terlalu emosional. Jika perlu berpikir, berpikirlah dulu. Jika perlu menjauh, menjauhlah dulu. Begitu lebih baik untuk berpikir dengan jernih alih-alih terburu-buru dan dipengaruhi emosi.

Dari sekian banyak problematika yang saya hadapi beserta pertimbangannya, I think I have made a decision. Dan akhirnya, saya memilih untuk belajar ikhlas sambil memulai sesuatu yang baru di tempat lainnya. Bukan karena saya babak belur yang membuat saya menghindar disini. Bukan..
Toh, mau saya kayak gini sekarang, tahun depan, 3 tahun lagi, atau bahkan 25 tahun lagi, saya akan mengalami itu. Bedanya saya justru harusnya bersyukur karena saya udah tahu hal ini sekarang. Ketika saya masih sangat muda, ketika kalaupun saya harus berantakan tuh yaudah, recovery-nya bisa lebih gampang karena di usia saya yang sekarang, saya bisa lebih gampang untuk menata diri.

Mungkin, disini saya bisa belajar banyak hal, bahkan bermimpi. Tapi ini juga tentang value, tentang environment, tentang sistem, tentang mindset, tentang komunikasi, tentang kolaborasi dan kerja sama yang mungkin memang jalannya berbeda. Yang menurut saya adalah suatu hal yang jauh lebih mahal daripada nominal yang saya terima tiap bulannya, dimana value ini belum pernah saya rasakan sampai sekarang.

Sekarang, saya ingin memberikan apresiasi kepada diri saya sendiri, karena mau belajar dari keputusan di masa lalu. Terima kasih sudah berjuang sampai saat ini, terima kasih karena sudah mau bersabar untuk berpikir dan mempertimbangkan hingga akhirnya berani mengambil keputusan, dan terima kasih karena sudah kuat melewati semua jalan yang tidak mudah.

You'll do better, dear my self. :)

Komentar

Postingan Populer